Sabtu, 13 Februari 2016

Kelabu akan menjadi PELANGI.

Za.
Bagaimana kabarmu disana? Disudut yang tak terjangkau lagi olehku. Di celah yang tak bisa kulewati hanya dengan memiringkan badanku yang kurus. Di at as tempat yang tak bisa kupijak sekarang. Di kediaman yang indah. Bahkan keindahan terindah di dunia ini pun tak mampu menandingi indahnya tempatmu berlabuh sekarang. Berteduh dibawah kerindangan nyaman dalam wilayah yang tak akan pernah terjangkau oleh radar. Bersenda gurau dengan merpati cantik yang tiada tandingannya.

13 Februari 4 tahun yang lalu, pukul 5 kalau aku tidak salah. Adalah detik - detik paling berharga yang kupunya saat itu. Saat aku mendengar suaramu. Saat aku melihat kedipanmu. Saat aku masih bisa menjitak kepalamu. Saat aku bisa melihat tawamu. Saat aku melayang Karena gombalan merpatimu. Saat aku mendapatkan omelan nasehatmu demi kesehatanku. Dan Saat kamu memberikan kecupan termanis di keningku. Until yang terahir kalinya.

4 tahun berlalu dan aku masih belum percaya jika kau sudah nyenyak tertidur pulas dibawah nisan menawan yang menjadi atap peristirahatanmu. Rasanya hatiku masih janggal. Aku selalu mencoba mengikhlaskanmu. Yah.. Aku sudah ikhlas. Ikhlas sangat tanpa beban. Namun, apalah dayaku jika hati dan otakku masih saja bersekongkol untuk mempertahankan segala kenangan manis bersamamu. 

Kau tahu? Ketika aku mencoba menekan tombol delete di memoriku, tombol itu dengan seketika menghilang sebelum sempat aku menyentuhnya walau hanya segores. Seakan ia tak ingin aku melakukannya. Iya, jelas sekali memori itu menolak untuk hilang. Namun, kau harus tahu juga !! Bahwa aku capek. Capek dengan segala senyum dan tawa yang kuukir dalam canda yang sebenarnya hanyalah kepalsuan.

Logikaku berkata " tiada guna aku merindukanmu yang tak akan bernafas disampingku lagi ", tapi disisi lain Naluriku berkata " aku tidak boleh melupakanmu Karena kaulah yang membuatku seperti ini. Membuatku menjadi wanita yang selalu yakin pada tujuanku. Menjadikan aku wanita yang tak pernah lagi malu atau pesimis pada keadaan. Menjadi wanita yang selalu optimis kalau aku BISA !!! ". 

Kau tahu ? Aku sungguh berterimakasih atas segala dedikasimu selama kau menggenggam tanganku hingga aku bisa memantapkan tujuanku. Tapi kenapa kau lepas genggamanmu secepat kilat saat aku baru mempunyai niatan untuk bersyukur Karena keberuntunganku mengenalmu. 

Aku paham ini takdir. Aku mengerti ini kehendaknya. Aku yakin akan ada yang lebih baik darimu. Aku percaya bahwa sejauh apapun jarakmu, kau tetap melihatku disana. 

Ingatkah kau pada dialog pendek antara kau dan aku yang disaksikan sang senja Kala itu? Aku masih ingat betul dialog tersebut. Sebuah percakapan yang kuahiri dengan janji bahwa aku akan terus melangkah menggapai mimpi - mimpiku. Membuat orangtuaku, sahabatku, dan Kamu serta yang terpenting Tuhan bangga kepadaku atas prestasiku. Prestasi yang tak sembarangan, Karena dicapai dengan tujuan mendapat ridho tuhan. Akupun masih memegang teguh janji itu.

Lalu, ingatkah kamu akan perkataanmu kepadaku sebelum kau pulang sore itu? Kau bilang " jangan pernah menjadi lemah hanya Karena keadaan, kuat, tegas, dan yakin kalau kelabu akan menjadi pelangi ". Tak sempat aku bertanya maksut perkataanmu itu dan kau sudah berpamitan untuk pulang.

Kini, kau wajib tahu bahwa aku telah mengerti ucapanmu. Aku paham pesan terahirmu itu. Dan aku tidak akan pernah menyerah untuk bahagia sesuai pesan yang kau pinta. Za.

Semoga kau selalu mendapat tempat terbaik disisinya yang maha sempurna. Aamiin.

Mojokerto, 13 Februari 2016
@Emusfiatin